Saturday, May 10, 2014

MENJAGA PERASAAN VS DIKECEWAKAN

Hidup memang tidak selalu berjalan semulus yang kita inginkan. Terkadang kita telah berusaha yang terbaik yang kita bisa, tetapi yang kita dapatkan malah sangat tidak sesuai yang kita inginkan. Hal ini pun kadang terjadi dalam interaksi kita sehari-hari, sehingga ada istilah TMT = teman makan teman. Terkadang kita berusaha selalu berbuat baik pada orang lain, selalu menjaga perasaannya, memilih perkataan agar tidak melukai hatinya, menyempatkan waktu untuk membantunya, mengingatnya dalam doa kita, tetapi terkadang disaat kita butuh pertolongan mereka tidak menolong kita, disaat kita jatuh kita ditinggalkan, berbicara semaunya tanpa menjaga perasaan kita, bahkan dengan teganya  menyakiti hati kita, dan sepertinya juga tidak pernah mengingat kita dalam doa mereka. Padahal pepatah mengatakan "apa yang kita tanam, itu yang akan kita tuai". Maksudnya bila kita menanam kebaikan maka dia akan menuai kebaikan, sebaliknya bila menanam kejelekan akan menuai kejelekan. Tapi kenapa terkadang ketika kita telah menyebar kebaikan, malah keburukan yang kita panen? Mengapa???

Jawabannya satu, karena waktu panen kita bukan di dunia, tapi di akhirat. Kalau kita berharap memanen di dunia, maka sama saja seperti para petani yang menanam padi. Bila dia hanya menanam sedikit benih, so pasti yang dituai juga hanya sedikit jumlahnya. Sedangkan bila ingin memanen banyak maka harus banyak benih padi yang disebar, harus lebih banyak tenaga dan ongkos yang dikeluarkan serta juga perlu penjagaan ekstra. Itu pun terkadang tetap hasil yang didapat tidak sesuai yang diharapkan, mungkin akibat kemarau panjang, adanya wabah hama, angin yang terlalu kencang, dan kendala-kendala lainnya, sehingga terjadilah gagal panen. Begitu pula bila kita berharap memanen hasil kebaikan di dunia, akan banyak kekecewaan yang kita panen. Tapi bila setiap kita berbuat baik pada orang lain, menolong, menjaga perasaan, tidak menyakiti, mendoakan, semuanya kita kerjakan karena Allah, karena kita berharap pembalasan dari sisi-Nya, tidak berharap sedikitpun balasan dari orang lain, maka nanti pasti kita akan menuai hasilnya di akhirat dengan jauh lebih banyak dan lebih baik dari yang kita tanam, tanpa ada resiko gagal panen.

Hal ini membuat saya teringat akan salah satu wisdom yang bisa dipetik dari manga Naruto (Naruto chapter 237 v27), ceritanya waktu naruto ingin mencegah sasuke datang ke orochimaru agar tidak dimanfaatkan oleh orochimaru, sasuke malah melukai naruto sehingga naruto dalam kondisi terluka parah. Ketika siuman Naruto dinasihati oleh Jirayra: "Lupakanlah sasuke, hanya orang bodoh yang berpikiran masih ingin menyelamatkannya setelah apa yang dia perbuat padamu, melukaimu seperti ini". Tapi Naruto tetap bersikeras ingin menyelamatkan sasuke dan menjawab "kalau seperti itu yang dikatakan bijaksana, maka saya lebih senang hidup menjadi orang bodoh". Sayangnya itu hanya terjadi dalam shounen, kalau dalam kehidupan real ada orang seperti itu saya kasih two tumbs up  deh......

Intinya dari semua yang diatas tadi, walau kita merasa kecewa, kecewa, dan kecewa lagi, jangan pernah berputus asa untuk menjadi orang baik, sehingga berbuat sama seperti orang yang telah mengecewakan kita. Tetaplah berusaha berbuat baik pada orang lain, bukan karena siapa dan bagaimana orang itu, tapi hanya karena Allah, karena kita berharap Allah sayang pada kita dan menolong kita dengan cara-Nya. Bila kecewa, adukan semuanya pada Allah, dan yakin lah Allah Maha Mengetahui, Maha Mendengar, Maha Kuasa dan Maha Membalas. LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAAH.


NB > Teori selalu lebih mudah daripada praktek, kecuali saat belajar fisika.