Saturday, June 16, 2012

BERILAH CAHAYA (by. Blue Savana)

Bagaikan daun yang mengering & terbuang
Terbawa angin kemanapun meniupnya
Seperti langkahku menapaki kehidupan
Tiada arah ku melangkah

Reff :
Berilah cahaya dalam hidupku
Agar terbuka tabir hatiku yang gelap
Hingga kusadari sluruh langkahku
Dan ku mencoba tuk bertahan di jalan-Mu

Jangan Kau murka akan hitam langkah ini
Dan kesalahan yang menyatu dihatiku
Dan jangan Kau lepas kasih sayang-Mu
Hingga terang jiwa ini

back to reff


*Ya Allah.....bantu saya bertahan dalam hidayah Mu sampai ajal menjumpai saya.

Sunday, April 29, 2012

Segala Amalan Tergantung Niatnya

Setiap hari, setiap ruas-ruas badan dari orang iman bisa jadi shodaqoh., membuang yang menyakitkan dari jalan di hitung shodaqoh, mengajaknya pada kebaikan dan mencegahnya dari kemungkaran dihitung shodaqoh, tersenyumnya dihitung shodaqoh. Bahkan setiap pengeluarannya yang dikeluarkan untuk biaya sehari-hari juga dihitung sebagai shodaqoh, kecuali pengeluaran dalam urusan tanah (menghias rumah). Semuanya dihitung sebagai shodaqoh, ada pahalanya, asalkan diiringi niat yang benar. Bahkan bila kita telah niat berbuat baik, tapi tidak jadi dilakukan, atau kita berniat berbuat baik tapi gagal, semua tetap diberikan pahala. Besar kecilnya pahala pun tergantung dari berat dan tidaknya amalan tersebut kita kerjakan.

Itulah salah satu wujud Maha Penyayang dan Maha Adil Nya Allah. Berbeda sekali dengan masalah dunia, misalkan dalam bekerja, besar atau kecilnya gaji seorang pegawai tergantung dari pangkatnya, bukan dari banyaknnya pekerjaan. Atau untuk seorang pelajar, besar dan kecilnya nilai tergantung dari jumlah soal yang dijawab benar, bukan dari seberapa keras dia berusaha untuk memperoleh nilai itu, sehingga tidak jarang anak yang tidak menguasai materi, tapi menguasai medan percontekan akan mendapat nilai lebih tinggi.

Maka bersyukurlah sebagai umat Nya, karena semua apa yang kita lakukan akan diberi pahala, tergantung dari niatnya.


Saturday, April 28, 2012

MEMPERMUDAHLAH DAN JANGAN MEMPERSULIT

Ketika Nabi Muhammad S.A.W. mengutus Muadz bin Jabal dan Abu Musa ke yaman, Beliau berpesan pada keduanya : "Yassiraa wa laa tu'assiraa, wa bassyiraa wa laa tunaffiraa", (mudahkanlah dan jangan mempersulit, dan berilah kabar gembira dan jangan membuat lari). Kalau dalam hadist dari Anas bin Malik Nabi bersabda : yassiruu wa laa tu'assiruu, wa sakkinuu wa laa tunaffiruu" (mudahkanlah dan jangan mempersulit, dan menenangkanlah dan jangan membuat lari) # H.R Bukhori juz 5 kitabul adab.

Nabi Muhammad S.A.W memang lebih senang mempermudah suatu perkara dari pada mempesulitnya. Seperti menurut Aisyah R.A : Rosululloh S.A.W tidak pernah memilih di antara dua perkara sama sekali kecuali beliau memilih yang lebih mudah dari keduanya, selama perkara yang lebih mudah itu tidak dosa...(al hadist) #H.R Bukhori juz 5 kitabul adab. Dibawah ini ada beberapa contoh cerita bagaimana mempermudah suatu perkara :

  • Dari Annas bin Malik : sesungguhnya seorang dari pedalaman buang air kecil di masjid (masjid zaman dulu masih berupa lahan yang diberi pembatas, sehingga lantainya masih berupa pasir, red), maka para sahabat berdiri ke (arah) orang pedalaman itu. Lalu Rosululloh S.A.W bersabda : "kalian jangan memutus pada orang itu (jangan mengganggu orang itu pipis)". Lalu nabi meminta timba berisi air, dan menuangkannya di atas bekas pipis orang itu. #H.R Bukhori juz 5 kitabul adab.
  • Beberapa orang yang makmun di belakang Mu'adz mengeluhkan tetang lamanya Mu'adz dalam membaca surat saat menjadi imam sholat. Ketika berita ini sampai pada Nabi Muhammad S.A.W maka Nabi menegur Mu'adz, agar ketika menjadi imam tidak memilih surat yang terlalu panjang sehingga memberatkan makmumnya.
  • Ketika para sahabat banyak yang makmum pada Nabi ketika Beliau sholat malam, maka akhirnya Nabi sengaja tidak keluar dari rumahnya untuk sholat malam, karena khawatir sholat malam berjamaah nanti dijadikan kewajiban dan akan memberatkan umatnya.
Mempermudah segala perkara merupakan contoh dan perintah dari Nabi Muhammad S.A.W. Seharusnya sebagai orang yang mengaku sebagai umatnya Nabi, kita sebaiknya menjadikan ringan suatu perkara baik perkara tersebut berupa perkara keduniaan yang sedang kita alami secara pribadi, ataupun masalah yang acap kali timbul ketika berinteraksi dengan orang lain. Namanya hidup pasti banyak cobaannya, ketika kita menganggap berat cobaan kita, pasti akan terasa berat. Tapi bila kita menganggapnya ringan,maka akan jadi lebih ringan, karena Allah selalu beserta persangkaan hamba-Nya. Begitu pula dalam berinteraksi dengan orang lain pasti sering terjadi masalah, dan bila kita mengingat bahwa kita bukan orang yang sempurna yang bisa melakukan segalanya tanpa bantuan orang lain, maka kita juga akan lebih mudah memaklumi kesalahan orang lain. Selanjutnya tinggal cari penyelesaian yang terbaik bagi semuanya. Intinya hidup sudah susah, jangan dibuat tambah susah. Enjoy your life.

Terlebih lagi bagi seorang yang berstatus pemimpin publik, misalnya sebagai pemimpin suatu instansi, organisasi, ataupun suatu perkumpulan, maka sebaiknya selalu mempermudah perkara yang ada, agar tidak membuat yang dipimpinnya lari dan tertekan. Jangan sampai perkara kecil malah dibesar-besarkan, perkara yang mudah malah diperberat. Sebaiknya sebisa mungkin empati dengan yang diaturnya, karena mereka juga manusia yang punya hati, punya banyak kelemahan, dan juga butuh privasi untuk memperjuangkan kelangsungan hidupnya. Dulu saja Nabi ketika membuat aturan, selalu memikirkan akan memberatkan umatnya atau tidak. Seperti siwakkan setiap akan sholat, Nabi tidak menjadikannya wajib agar tidak memberatkan umatnya. Bukankah Nabi yang paling tahu tentang keadaan umatnya? Bukankah di dalam diri Nabi terdapat contoh yang baik? Lalu kalau Nabi saja tidak suka memberi aturan yang memberatkan umatnya, apa poin yang akan di dapat dari seorang pemimpin dengan memperberat orang yang dipimpinnya?

Begitu pula bagi orang-orang yang mengurusi pelayanan publik. Terbalik dari perintah Nabi tersebut, malah ada istilah "kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah?", bahkan di tambah lagi embel-embel "Wani piro????". Tidakkah mereka ingat, ketika mereka menolong orang lain, maka Allah juga akan menolong mereka?? Tapi sepertinya bagi sebagian dari mereka uang yang ga seberapa itu tampak lebih menyenangkan dari pertolongan Allah. Tidakkah terpikir bahwa semua uang yang mereka makan dengan tanpa ridho itu akan mereka pertanggungjawabkan nanti di akhirat??

Kita (termasuk saya) memang jauh dari sempurna, karena itu kita bersyukur agama ini telah dibuat mudah oleh Allah. Begitu pula urusan dunia, hanya dianggap remeh oleh Allah. Maka tidak ada gunanya dari mempersulit segala urusan (walaupun kadang memang terasa sulit). Yang penting adalah menjalankan segala kewajiban dari Allah dan Rosul-Nya, sepol kemampuan kita, dan jangan mempersulit perkara orang lain.